PERKEMBANGAN
ISLAM DI INDONESIA
A. Masuknya Islam Ke Indonesia
Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijrah
atau abad ke tujuh/ke delapan masehi. Ini mungkin didasarkan pada penemuan batu
nisan seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun di Leran dekat
Surabaya yang bertahun 475 H atau 1082 M. Sedangkan menurut laporan seorang
musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudra Pasai dalam perjalanannya
ke Negeri Cina pada 1345M, Agama islam yang bermadzhab Syafi’I telah mantap disana
selama seabad. Oleh karena itu, abad XIII biasanya dianggap sebagai masa awal
masuknya agama Islam ke Indonesia.
Ketika Islam
datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme,
dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan
dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan
Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya.
Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut
dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip
perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta), menghilangkan
perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah
hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.
Agama Islam
berasal dari tanah Arab dan dari tanah Arab berkembanglah agama Islam
kemana-mana, diantaranya ke Gujarat (India) dan Persia. Demikian pula
berangsur-angsur meluas kearah timur hingga Semenanjung Malaka.
Menurut
kesimpulan “Seminar Masuknya Islam ke Indonesia” di Medan tahun 1963, Islam
masuk ke Indonesia sudah semenjak abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M).
“Seminar
Masuknya Islam di Indonesia” tersebut menghasilkan keputusan sebagai berikut:
1)
Menurut sumber-sumber yang kita ketahui, islam
untuk pertama kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad pertama hijrah (abad
ke 7/8 M) dan langsung dari Arab.
2)
Daerah yang pertama didatangi oleh Islam ialah
pesisir Sumatera dan bahwa setelah terbentuknya masyarakat Islam, maka raja
Islam yang pertama berada di Aceh.
3)
Mubaliq-mubaliq Islam pertama yang datang ke
Indonesia merangkap sebagai saudagar.
4)
Penyiaran itu di Indonesia dilakukan secara
damai.
5)
Kedatangan Islam membawa kecerdasan dan
peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia dalam
menahan penderitaan dan perjuangan melawan penjajahan bangsa asing.
a. Cara
masuknya Islam di Indonesia
Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 M yang bertepatan dengan abad ke-1
atau ke-2 H. Rute yang dilewati adalah jalur Utara dan Selatan.
Jalur Utara, dengan rute :
Arab
(Mekah dan Madinah) meliputi ; Damaskus – Bagdad – Gujarat – Srilangka –
Indonesia
Jalur Selatan, dengan rute :
Arab
(Mekah dan Madinah) meliputi ; Yaman – Gujarat – Srilangka – Indonesia
Daerah yang mula-mula menerima Agama Islam adalah Pantai Barat pulau
Sumatera. Dari tempat itu, Islam kemudian menyebar ke seluruh Indonesia.
Beberapa tempat penyebarannya adalah :
a.
Pesisir Sumatera bagian Utara di Aceh
b.
Pariaman di Sumatera Barat
c.
Gresik dan Tuban di Jawa Timur
d.
Demak di Jawa Tengah
e.
Banten di Jawa Barat
f.
Palembang di Sumatera Selatan
g.
Banjar di Kalimantan Selatan
h.
Makassar di Sulawesi Selatan
i.
Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo di Maluku
j.
Sorong di Irian Jaya
b.
Jalur-jalur yang Penyebaran Agama Islam di Indonesia:
1. Melalui jalur perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah
lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya
kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di
Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara
(Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari
keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang
sambil menyiarkan agama Islam.
2. Melalui jalur perkawinan
Para pedagang muslim itu ada yang menetap di Indonesia dan menikah dengan
penduduk setempat. Sudah barang tentu mereka menjadi keluarga muslim dan
penyebar agama Islam yang gigih.
3. Melalui jalur tasawuf
Dengan tasawuf, bentuk Islam yang
diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran
mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehinnga agama baru itu mudah
dimengerti dan mudah diterima. Kehidupan mistik
bagi masyarakat Indonesia sudah menjadi bagian dari kepercayaan mereka.
Oleh karena itu, penyebaran Islam melalui jalur tasauf atau mistik ini mudah
diterima karena sesuai dengan alam pikiran masyarakat Indonesia. Misalnya,
menggunakan ilmu-ilmu riyadhat dan kesaktian dalam proses penyebaran Islam
kepada penduduk setempat.
4. Melalui jalur pendidikan
Pesantren
merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam
pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam
diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang
yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran
pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti
Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai
sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali
penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
5. Melalui jalur kesenian
Penyebaran
Islam melalui kesenian berupa wayang, satra, dan berbagai kesenian lainnya.
Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam seperti Walisongo
untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan tanpa terasa mereka
telah tertarik kepada ajaran-ajaran Islam sekalipun pada awalnya mereka tertarik
karena media kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga adalah tokoh seniman
wayang. Ia tidak pernah meminta bayaran pertunjukkan seni, tetapi ia meminta
para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian cerita
wayang masih dipetik dari cerita Mahabrata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita
itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga
dijadikan media islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya),
seni arsitektur, dan seni ukir.
6. Melalui jalur Politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas
dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya kesultanan
Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu
juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi
selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa.
Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan
tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi
cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
B.
Perkembangan
Islam di Beberapa Wilayah di Indonesia
a) Perkembangan Islam di Sumatera
Pada
abad XIII-XV M berdiri kerajaan Samudra Pasai dan merupakan kerajaan Islam
pertama di Indonesia. Kerajaan Samudra Pasai terletak di kampung Samudra di
tepi sungai Pasai dan berdiri sejak tahun 1261 M. Raja-raja yang memerintah
Samudra Pasai berturut-turut sebagai berikut :
- Sultan Al Malikus Shaleh
- Sultan Al Malikuz Zahir I
- Sultan Al Malikuz Zahir II
- Sultan Zainal Abidin
- Sultan Iskandar
Persia dan Gujarat yang juga para mubalig Islam
banyak yang menetap di bandar-bandar sepanjang Sumatera Utara. Mereka menikah
dengan wanita-wanita pribumi yang sebelumnya telah diislamkan, sehingga
terbentuklah keluarga-keluarga Muslim. Para mubalig pada waktu itu juga ke
Cina.
Para pedagang dari India, yakni bangsa Arab
berdakwa kepada para Raja-raja kecil, ketika raja tersebut masuk Islam,
rakyatnya pun banyak yang ikut masuk Islam sehingga berdirilah kerajaan Islam
pertama, yaitu Kerajaan Samudera Pasai. Seiring dengan kemajuan Samudera Pasai
yang sangat pesat, perkembangan agama Islam pun mendapat perhatian dan dukungan
penuh dan para ulama serta mubalignya menyebar ke seluruh nusantara.
b) Perkembangan Islam di Jawa
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para
Wali Sanga, yaitu:
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik .
b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :
*Raden Paku (Sunan Giri)
* Raden Fatah (Sultan Demak pertama)
*Raden Makhdum (Sunan Bonang)
* Syarifuddin (Sunan Drajat)
* Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke daerah
Blambangan.
Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang
dibangun pada tahun 1479 M.
Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut
menobatkan Raden Patah sebagai Sultan pertama.
c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.
e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.
f. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
g. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.
e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.
f. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
g. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.
h. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
a) Perkembangan Islam di Sulawesi
Masuknya Islam di Sulawesi, tidak terlepas dari
peranan Sunan Giri di Gresik. Hal itu karena sunan Giri melaksanakan pesantren
yang banyak didatangi oleh santri dari luar pulau Jawa, seperti Ternate, dan
Situ. Di samping itu, beliau mengirimkan murid-muridnya ke Madura, Sulawesi,
Maluku dan Nusa Tenggara.
Pada abad ke-16, di Sulawesi Selatan telah berdiri
kerajaan Hindu Gowa dan Tallo. Penduduknya banyak yang memeluk agama Islam
karena hubungannya dengan kesultanan Ternate. Pada tahun 1538, Pada masa
Pemerintahan Somba Opu, kerajaan Gowa dan Tallo banyak dikunjungi oleh pedagang
Portugis. Selain untuk berdagang, mereka juga bermaksud untuk mengembangkan
agama katolik. Akan tetapi, Islam telah lebih dahulu berkembang di daerah itu.
b) Perkembangan Islam di Kalimantan
Berdasarkan
prasasti-prasasti yang ada disekitar abad V M di Kalimantan Timur telah ada
kerajaan hindu yakni kerajaan Kutai. Sedangkan kerajaan-kerajaan Hindu yang
lain adalah kerajaan Sukadana di Kalimantan Barat, kerajaan Banjar di
Kalimantan Selatan.
Pada abad XVI
Islam memasuki daerah kerajaan Sukadana. Bahkan pada tahun 1590 kerajaan
Sukadana resmi menjadi kerajaan Islam, yang menjadi sultan pertamanya adalah
sultan Giri Kusuma. Setelah itu digantikan oleh putranya Sultan Muhammad
Syafiuddin. Beliau banyak berjasa dalam pengembangan agama Islam karena bantuan
seorang muballigh bernama Syekh Syamsudin.
Di kalimantan
Selatan pada abad XVI M masih ada beberapa kerajaan Hindu antara lain Kerajaan
Banjar, Kerajaan Negaradipa, Kerajaan Kahuripan dan Kerajaan Daha.
Kerajaan-kerajaan ini berhubungan erat dengan Majapahit.
Ketika Kerajaan demak
berdiri, para pemuka agama di Demak segera mnyebarkan agama Islam ke Kalimantan
Selatan. Raja Banjar Raden Samudra masuk Islam dan ganti nama dengan
Suryanullah. Sultan Suryanullah dengan bantuan Demak dapat mengalahkan Kerajaan
Negaradipa. Setelah itu agama Islam semakin berkembang di Kalimantan.
Diatas telah
diutarakan, bahwa Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia dan sebagai
kerajaan Hindu. Dengan pesatnya perkembangan Islam di Gowa, Tallo dan terutama
Sombaopu, maka Islam mulai merembas ke daerah Kutai. Mengingat Kutai terletak
di tepi Sungai Mahakam maka para pedagang yang lalu lalang lewat selat Makasar
juga singgah di Kutai. Sebagai muballigh mereka tidak menyianyiakan waktu untuk
berdakwah. Islam akhirnya dapat memasuki Kutai dan tersebar di Kalimantan Timur
mulai abad XVI.
c) Perkembangan Islam di Maluku dan sekitarnya
Penyebaran Islam di Maluku tidak terlepas dari
jasa para santri Sunan Drajat yang berasal dari Ternate dan Hitu. Islam sudah
dikenal di Ternate sejak abad ke-15. Pada saat itu, hubungan dagang dengan
Indonesia barat, khususnya dengan Jawa berjalan dengan lancar. Selain
berdagang, para pedagang juga melakukan dakwah.
Pada abad XVI perkembangan Islam di
Indonesia agak terhambat dan menghadapi tantangan berat karena kedatangan Portugis
pada tahun 1512 dan Spanyol pada tahun 1521 dengan membawa penyiaran agama
Nasrani. Pada permulaan abad XVII Belanda dapat mengalahkan Portugis, setelah
berperang bertahun-tahun di Ambon. Sementara itu kerajaan Ternate dan Tidore
selalu bertentangan sehingga menjadi makin lemah dan tidak mampu membendung
meluasnya VOC ke Maluku Utara. Belanda mulai menjajah Indonesia dimulai dari
Maluku sejak menguasai Ambon pada tahun 1605.
Berangsur-angsur Belanda memperluas wilayahnya ke
Barat, dan Makasar pada tahun 1669 dapat ditundukkan. Selanjutnya seluruh
Indonesia, kecuali Aceh yang mampu bertahan sampai akhir abad XIX.
Dalam rangka mempertahankan wilayah dan
kelangsungan pengembangan Islam, maka kerajaan-kerajaan Islam tidak dengan
mudah menyerah, bahkan mengadakan perlawanan terhadap penjajah. Sehingga banyak
berjatuhan pahlawan-pahlawan muslim, antara lain :
a.
Sultan Iskandar Mahkota Alam dari Aceh
b.
Sultan Agung dari Mataram
c.
Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten
d.
Sultan Hasanudin dari Makasar
e.
Sultan Babullah dari Ternate
f.
Imam Bonjol dari Sumatra Barat
g.
Teuku Umar dari Aceh
h.
Pangeran Diponegoro
Perkembangan Islam tidak hanya tergantung pada
raja-raja, tetapi perang para muballigh juga menetukan. Pada abad XVI muncul
ulama-ulama besar seperti Hamzah Fansuri, Abdul Rauf Singkil, Syekh Nuruddin Ar
Raniri yang ketiganya dari Aceh dan Syekh Yusuf Tajul Khalwari dari Makasar.
Pada abad itu umat Islam menghadapi penjajah
terutama dari Eropa dengan membawa agama Nasrani yang telah berpengalamn dalam
Perang salib.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam
juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam Maluku, para pedagang,
dan para mubalignya.
C.
Peranan Perkembangan Islam
di Indonesia
1.
Masa penjajahan
a. Peranan
Umat Islam pada masa Penjajahan
Sebelum bangsa Belanda
masuk ke Indonesia, sebagian besar masyarakat Indonesia telah memeluk agama
Islam. Ajaran Islam telah diamalkan dengan baik oleh sebagian besar kaum
muslimin. Keyakinan bahwa manusia disisi Allah SWT adalah sama, tidak ada
perbedaan drajat kecuali dalam hal iman dan taqwanya kepada Allah SWT,
menumbuhkan kesadaran terhadap kemandirian dan kebebasan untuk menentukan arah
dan tujuan kehidupannya, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun berbangsa
dan bernegara.
Perubahan yang
terjadi pada mayoritas masyarakat Indonesia setelah dianutnya agama Islam:
Masyarakat Indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan pendewaan raja-raja serta dibimbing agar menghambakan
diri hanya kepada Allah, Tuhan yang maha Esa.
Rasa persamaan dan
rasa keadilan yang diajarkan islam mampu mengubah masyarakat Indonesia yang
dulunya menganut sistem kasta dan diskriminasi menjadi masyarakat yang setiap
anggotanya mempunyai kedudukan, harkat, martabat dan hak-hak yang sama.
Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan Islam dengan semboyan”Hubbul-watan minaliiman”
(cinta tanah air sebagian dari iman) mamou mengubah cara berpikir
masyarakatIndonesia, khususnya para pemudanya, yang dulunya bersifat sectarian
(lebih mementingkan sukunya dan daerahnya) menjadi bersifat nasionalis. Hal ini
ditandai dengan lahirnya organisasi pemuda yang bernama Jong Indonesia pada
bulan februari 1927 dan dikumandangkannya sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober
1928.
Semboyan yang diajarkan Islam yang
berbunyi “Islam adalah agama yang cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan”
telah mampu mendorong masyarakat Indonesia untuk melakukan usaha-usaha
mewujudkan kemerdekaan bangsanya dengan berbagai cara.
b. Perlawanan Kerajaan Islam dalam Menentang
Penjajahan
§
Perlawanan terhadap Penjajah Portugis
Pada
tahun 1522 Portugis telah menetap dan mendirikan benteng pertahanan di wilayah
Sunda Kelapa (Jakarta). Portugis disamping berdagang juga membawa ajaran agama
Khatolik.
Melihat
keadaan seperti itu kerajaan Islam Demak sangat khawatir. Maka pada tahun 1526
tentara Demak dibawah pimpinan Fatahillah berangkat menuju Sunda Kelapa melalui
jalan laut. Selanjutnya Fatahillah berhasil berusaha mengusir tentara Portugis
dalam peperangan yang sengit terjadi dan akhirnya Portugis kalah. Sunda Kelapa
dapat direbut Fatahillah pada 22 Juni 1527 M kemudian Sunda Kelapa diganti
namanya menjadi Jayakarta, kemudian sekarang menjadi Jakarta (Ibukota Negara).
Pada
masa Sultan Agung sebagai Raja Islam Mataram di Jawa Tengah, penjajah Belanda
sudah menguasai Batavia (Jakarta), pada tahun 1628 Sultan Agung berusaha
mengusir penjajah Belanda dari tanah Jawa, tetapi usahanya tidak berhasil. Dan
pada tahun 1629 beliau melakukan penyerangan lagi ke Batavia dengan kekuatan
yang lebih besar. Namun karena persenjataan Belanda lebih modern, akhirnya
perlawanan itu dapat dipatahkan.
Demikian
pula Tueku Umar di Aceh, Imam Bonjol di Sumatra Barat, Sultan Hasanuddin di
Sulawei Selatan, Sultan Babullah di Ternate, Pangeran Diponegoro di Jawa
Tengah, dan daerah-daerah lainnya mereka dengan dukungan masyarakatnya berjuang
dan berperang mengusir penjajah Belanda.
§
Perlawanan terhadap Penjajah Belanda
Belanda telah melakukan penindasan dan
penjajahan terhadap bangsa Indonesia yang semakin lama semakin kuat
kekuasaannya, di seluruh Nusantara. Perbuatan Belanda yang demikian sangat
bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam yang dianut oleh sebagian besar
bangsa Indonesia, dan nilai-nilai peri kemanusian dan keadilan.
Melihat keadaan seperti ini kaum muslimin
yang terhimpun pada kerajaan Islam pada waktu itu di seluruh Nusantara
mengadakan perlawanan secara terpisah, masing-masing menentang penjajahan
Belanda. Kesultanan Banten di pulau Jawa yang berulang kali mengadakan
perlawanan terhadap penjajah Belanda. Terutama pada masa Sultan Ageng Tirtayasa
yang memerintah Banten dari tahun 1651-1682 M, sangat anti terhadap penjajahan
Belanda. Perjuangan mengusir penjajah itu terus menerus dilancarkan sampai
akhir pemerintahan Beliau di Kesultanan Banten.
2.
Masa Perang Kemerdekaan
a.
Peranan
Umat Islam pada Masa Kemerdekaan
Perilaku kaum penjajah makin lama makin kejam
terhadap bangsa Indonesia. Penindasan, kesewenang-wenangan dan ketidak adilan
penjajah merajalela. Bangsa Indonesia tertindas, miskin, terbelenggu oleh kaum
penjajah.
Kaum muslimin yang merupakan penduduk
terbesar bangsa Indonesia sangat merasakan perilaku kaum penjajah itu. Para
ulama bersama kaum muslimin bangkit, berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari
tangan penjajah itu. Di seluuh pelosok Nusantara kaum muslimin bangkit untuk
merebut kembali kemerdekaannya yang telah dirampas oleh penjajah.
Pahlawan-pahlawan pejuang kemerdekaan
berjuang terus tiada henti-hentinya dengan segala pengorbanan, baik berupa
harta maupun jiwa.
Pejuang muslim dan
pahlawan kemerdekaan itu antara lain:
v
K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasym Ashari, HOS
Cokroaminoto di Pulau Jawa,
v
Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien, Cut
Mutiah, Panglima Polim (Aceh)
v
Imam Bonjol (Sum-Bar), Sultan Mahmud Badruddin
(Palembang)
v
Raden
Intan (Lampung) di Sumatra
v
Pangeran
Antasari di Kalimantan
v
Sultan Hasanuddin di Sulawesi dan lain-lain yang
tersebar diseluruh Nusantara.
Para pejuang muslim itu dengan ikhlas dan
semangat jihad berjuang di jalan Allah SWT menentang dan mengusir penjajah
Belanda maupun Jepang dengan pengorbanan harta benda, jiwa dan raganya.
i.
Peranan
Organisasi Islam dan Pondok Pesantren pada masa Perang Kemerdekaan
Sejak awal Islam masuk ke Indonesia dan
pada masa perkembangan selanjutnya, ulama Islam menempatkan pendidikan sebagai
tugas utama. Wujud kongkrit pendidikan adalah pesantren dan muridnya disebut
santri. Tempat pendidikannya ada yang menyatu dengan masjid dan ada juga yang
secara khusus dibangun biasanya dekat masjid.
Melalui pesantren ulama mendidik santri
mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan terutama mengenai ilmu agama. Disini
diajarkan tentang keimanan, ibadah, Al Qur’an, akhlak, Syariah, muamalah dan
tarikh. Selain itu ditanamkan pengertian hak dan kewajiban kaum muslimin
sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial serta perjuangan untuk
memperoleh hak kemerdekaan yang telah dirampas oleh kaum penjajah.
Santri yang belajar di pesantren datang
dari berbagai suku dab daerah. Setelah mereka selesai belajar, umumnya mereka
kembali ke daerah asalnya kemudian mereka mendirikan lagi pesantren dan
mengajarkan agama di daerahnya masing-masing, sehingga tersebarlah pesantren
dan pendidikan agama ke seluruh pelosok tanah air. Pesantren sebagai tempat
mendidik generasi muda muslim, para santri dididik dan dipersiapkan untuk
menjadi kader umat dan pemimpin masyarakat.
Belanda mengetahui keadaan dan
perkembangan pesantren, kemudian mengawasi kegiatan pondok pesantren, karena
tempat itu dianggap sebagai tempat pembinaan kader umat yang akan menentang
kekuasaannya.
Hubungan dan jalinan santri, ulama/Kyai
dan masyarakat kaum muslimin sangat kuat, mereka bersama-sama menghadapi
penjajah, namun usaha itu banyak mengalami kegagalan karena belum tertibnya
organisasi dan masih lemahnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Kaum muslimin menyadari bahwa perjuangan
tnpa dihimpun dalam suatu organisasi yang baik akan mengalami kesulitan dan
kegagalan. Setelah putra-putri kaum muslimin banyak memperoleh pendidikan di
luar negri, di Eropa dan Timur Tengah serta meningkatkan peranan pendidikan di
pondok pesantren, timbullah kesadaran mereka untuk membuat perkumpulan
organisasi yang modern yang berciri khas keagamaan.
Organisasi Keagamaan tersebut, yaitu:
1. Syarikat Dagang Islam
Syarikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam berdiri pada tahun 1905 dipimpin oleh H. samanhudi, A.M. Sangaji, H.O.S. Cokroaminoto dan H. Agus Salim. perkumpulan ini berdiri dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup bangsa ndonesia, terutama dalam dunia perniagaan.
Syarikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam berdiri pada tahun 1905 dipimpin oleh H. samanhudi, A.M. Sangaji, H.O.S. Cokroaminoto dan H. Agus Salim. perkumpulan ini berdiri dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup bangsa ndonesia, terutama dalam dunia perniagaan.
2. Jam’iatul Khair
Berdiri pada tahun 1905 M di Jakarta adalah pergerakan Islam yang pertama di pulau Jawa. Anggotanya kebanyakan keturunan (peranakan) Arab.
Berdiri pada tahun 1905 M di Jakarta adalah pergerakan Islam yang pertama di pulau Jawa. Anggotanya kebanyakan keturunan (peranakan) Arab.
3. Al- Irsyad
Al Irsyad adalah organisasi Islam yang didirikan tahun 1914 M oleh para pedagang dan ulama keturunan Arab, seperti Syekh Ahmad Sorkali.
Al Irsyad adalah organisasi Islam yang didirikan tahun 1914 M oleh para pedagang dan ulama keturunan Arab, seperti Syekh Ahmad Sorkali.
4. Perserikatan Ulama
Gerakan modernis Islam yang berdiri pada tahun 1911 M oleh Abdul Halim dan berpusat di Majalengka Jawa Barat. Organisasi ini diakui keberadaannya oleh Belanda tahun 1917 dan bergerak dibidang ekonomi dan sosial, seperti mendirikan panti asuhan yatim piatu pada tahun 1930 M.
Gerakan modernis Islam yang berdiri pada tahun 1911 M oleh Abdul Halim dan berpusat di Majalengka Jawa Barat. Organisasi ini diakui keberadaannya oleh Belanda tahun 1917 dan bergerak dibidang ekonomi dan sosial, seperti mendirikan panti asuhan yatim piatu pada tahun 1930 M.
5.
Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan bertepatan tanggal 8 Zulhijah 1330. Muhammadiyah bukan merupakan partai politik, tetapi gerakan Islam yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan.
Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan bertepatan tanggal 8 Zulhijah 1330. Muhammadiyah bukan merupakan partai politik, tetapi gerakan Islam yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan.
6. Nahdatul Ulama
Didirikan pada bulan Januari 1926 oleh KH. Hasyim Asy’ari yang bertujuan membangkitkan semangat para ulama Indonesia dengan cara meningkatkan dakwah dan pendidikan karena saat itu Belanda melarang umat Islam mendirikan sekolah-sekolah yang bernafaskan Islam seperti Pesantren.
Didirikan pada bulan Januari 1926 oleh KH. Hasyim Asy’ari yang bertujuan membangkitkan semangat para ulama Indonesia dengan cara meningkatkan dakwah dan pendidikan karena saat itu Belanda melarang umat Islam mendirikan sekolah-sekolah yang bernafaskan Islam seperti Pesantren.
Para Kyai dan
santri juga mendirikan organisasi bersenjata untuk melawan penjajahan Belanda
yaitu Hizbullah dan gerakan-gerakan kepanduan Islam.
Organisasi tersebut mendidik, membina dan
melatih generasi muda muslim mengenal berbagai pengetahuan dan semangat
perjuangan, dalam menentang penjajahan.
Hasil tempaan dan
pendidikan disini menumbuhkan semangat juang sehingga lahirlah tokoh-tokoh
perjuangan kemerdekaan
HOS
Cokroaminoto
K.H.
Ahmad Dahlan
K.H Hasyim Asy’ari dan lain-lain.
3. Masa
Pembangunan
a.
Peranan
Umat Islam pada Masa Pembangunan
Setelah
merdeka, bebas dari kungkungan kaum penjajah, kaum muslimin secara bertahap
mengisi kemerdekaan itu dengan pembangunan disegala bidang, pembangunan fisik
material berupa perbaikan sarana transportasi, pertanian, perumahan dan
perekonomian, sehingga pembangunan fisik material secara bertahap makin lama
makin meningkat. Pembangunan bidang mental seperti meningkatkan pemahaman,
penghayatan dan pengamalan ajaran agama, meningkatkan pendidikan, mengembangkan
kehidupan dan sosial kemasyarakatan yang aman tertib dan rukun juga
dilaksanakan.
Kaum
muslimin selalu membangun dan mengisi kemerdekaan itu dengan menselaraskan
pembangunan materiil dan spirituil dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang
berdaulat, adil dan makmur. Kaum muslimin bersama segenap anggota bangsa
Indonesia lainnya kini mengatur dan memerintah bangsanya sendiri. Pemerintahan
dilaksanakan dengan cara yang demokratis. Keamanan, ketertiban dan
kesejahteraan sosial terus diupayakan dan ditegakkan. Demikian juga persatuan
dan kesatuan bangsa, sehingga terwujudlah negara yang aman, adil dan makmur
dengan penuh limpahan rahmat dan ridha Allah SWT, sesuai dengan cita-cita
kemerdekaan yang dituangkan dalam UUD 1945.
b. Peranan Organisasi Islam dalam Masa Pembangunan
Organisasi Islam yang sejak zaman
penjajah selalu membina dan mendidik umat dengan berbagai ilmu pengetahuan dan
mengembangkan semangat perjuangan menentang penjajah, maka setelah merdeka
usaha itu pada dasarnya tetap terus dikembangkan dan ditingkatkan lebih baik.
Sikap menentang penjajahan dialihkan dan diganti dengan sikap giat, semangat
dan etos kerja untuk mencapai ketinggian ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidup dan mengisi pembangunan bangsa.
Dalam rangka ikut serta meningkatkan
pengetahuan, kecerdasan dan kualitas masyarakat telah diupayakan melalui
pendidikan pada jalur sekolah. Didirikanlah oleh organisasi-organisasi Islam
berbagai lembaga pendidikan dari jenjang pendidikan dasar seperti SD, SMP,
pendidikan menengah seperti SMA dan pendidikan tinggi seperti Universitas dan
Institut yang tersebar diseluruh daerah. Diantara oragnisasi Islam yang giat
dalam bidang pendidikan dan kemasyarakatan ialah Majelis Ulama Indonesia,
Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Al-Washliyah, Al-Irsyad, Djamiat Khair, GUPPI, PUI,
Al-Khairat, ICMI dan lain-lain.
c.
Peranan
Para Individu Muslim dalam Pembangunan
Organisasi Islam yang berperan dalam
pembangunan Nasional bukan hanya mereka yang tergabung dalam organisasi. Banyak
orang Islam secara pribadi baik sebagai dokter, dosen, pejabat negara, wakil
rakyat di DPR, pengusaha, Cendikiawan, petani, guru, pengrajin, dan lain-lain
mereka semuanya melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan profesi
dan keahliannya masing-masing. Tanpa terikat dengan organisasi keagamaan, mereka
menyumbangkan dharma baktinya kepada nusa dan bangsa. Memang menjadi umat Islam
tidak harus menjadi anggota organisasi atau partai Islam. Menurut Al Qur’an
orang Islam yang baik adalah yang paling bertakwa, yang beriman kepada Allah
dan beramal shaleh, dimanapun mereka berada.
d. Peranan Lembaga Pendidikan dalam Masa Pembangunan
Lembaga pendidikan Islam dalam
kegiatannya lebih menekankan pembinaan, peningkatan ilmu pengetahuan dan
kecerdasan masyarakat melalui pendidikan pada jalur sekolah dan luar sekolah.
Peningkatan ilmu pengetahuan dan
peningkatan kualitas yang melalui jalur pendidikan sekolah biasanya terdiri
dari pendidikan sekolah umum, seperti SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi dan
Madrasah seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan
perguruan tinggi agama seperti IAIN
Melalui pendidikan ini secara bertahap
ilmu pengetahuan bertambah meningkat dan Sumber Daya Manusia lebih berkualitas.
Dengan meningkatnya kualitas masyarakat maka hasil kerja masyarakatpun semakin
meningkat. Dengan demikian meningkatnya hasil umat melalui jalur luar sekolah,
antara lain dilaksanakan melalui pengajian, Taman Bacaan Al Qur’an,
kursus-kursus ilmu keagamaan dan pembinaan di Masjid-Masjid.
Demikanlah betapa besar peranan
kelembagaan pendidikan Islam dalam pembangunan pembangunan bangsa erat
kaitannya dengan sumber daya manusianya sebagai pelaksana pembangunan itu
sendiri.
D.
Manfaat yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam di Indonesia
a.
Mengetahui
dan memahami sejarah perkembangan Islam di Indonesia
b.
Mengetahui
dan memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
c.
Menjadi
cermin untuk memacu kehidupan yang lebih baik
d.
Mempelajari
sejarah agar dapat melakukan perubahan yang lebih baik
e.
Menghargai
kerja keras para pahlawan bangsa
f.
Kehadiran
para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di
bumi Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas
suatu kepercayaan yang sudah ada di nusantara ini.
g.
Hasil
karya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber
pengetahuan.
h.
Kita
dapat meneladani Wali Songo telah berhasil dalam hal-hal seperti berikut :
1.
Menjadikan
masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al Quran.
2.
Mampu
membangun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur
hingga ke seluruh pelosok Nusantara.
3.
Mampu
memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama,
baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
4.
Seorang
ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktikkan tingkah laku yang
penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.
5.
Para
ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan yang
tidak sebanding.
E.
Hikmah perkembangan Islam di Indonesia
Setelah memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau
ciri yang khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat
mengambil hikmah, diantaranya sebagai berikut:
- Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.
- Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
- Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar